08 September, 2008

Tadabbur Al qur`an

Menangis Tatkala Membaca Atau Mendengar Al-Qur’an

Di bulan suci Ramadhan ini hendaknya kita memperbanyak membaca Al qur`an, sebab saat ini setiap amalan baik yang kita kerjakan akan mendapatkan kelipatan yang tak terhingga. Mendendangkan Al-Qur’an layaknya mendendang-kan syair jika tanpa mentadabburi dan memahaminya, karena hal itu bukanlah termasuk petunjuk Salafus Shalih. Jiwa mereka bergetar dan hati mereka tersentuh begitu mendengar untaian Kalamullah dibacakan. Mari kita Simak beberapa kisah yang menunjukkan betapa paham dan mengertinya para orang-orang terdahulu terhadap ayat-ayat Al Qur`an yang mereka bacakan;
Dalam Shahih Al-Bukhari diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud z bahwa ia berkata: Rasulullah n bersab-da,
“Bacalah Al-Qur’an untukku!” Aku berkata, “Apakah aku membacakannya untukmu sedangkan ia diturunkan kepadamu?” Rasulullah n bersabda, “Aku senang mendengarkannya dari orang lain.” Aku pun membacakan untuknya surat An-Nisa’, hingga sampai pada ayat yang berbunyi:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِن كُلِّ أمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَـؤُلاء شَهِيدًا
“Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (An-Nisa’: 41)
beliau mengatakan, Hasbuka (cukup). Aku menoleh kepadanya, ternyata kedua mata beliau meneteskan air mata.”
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah z ia berkata, “Tatkala turun ayat:
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ
“Maka apakah kamu merasa heran terhadap pem-beritaan ini? Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis.” (An-Najm: 59-60)
Ahlu Suffah (orang yang bermukim di serambi masjid Nabi) menangis hingga tetesan air mata mem-basahi pipi mereka. Ketika hal itu didengar oleh Rasu-lullah n, beliau tersentuh dan ikut menangis bersama mereka. Melihat hal itu kami pun turut menangis. Kemu-dian Rasulullah n bersabda,
لاَ يَلِجُ النَّارَ مَنْ بَكَى مِنْ خَشْيَةِ اللهِ
.
“Tidak akan masuk api Neraka orang yang menangis karena takut kepada Allah.”
Suatu ketika Abdullah bin Mas’ud membaca surat Al-Muthaffifin, tatkala sampai ayat yang berbunyi:
يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam.” (Al-Muthaffifin: 5)
beliau menangis hingga bersimpuh dan tidak mampu melanjutkan ayat berikutnya.
Diriwayatkan dari Muzahim bin Zufar ia berkata, “Pada suatu kesempatan, Sufyan Ats-Tsauri mengimami kami shalat. Ketika sampai ayat:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)
beliau menangis hingga terputus bacaannya se-hingga beliau mengulanginya kembali dari awal.”
Diriwayatkan dari Ibrahim bin Asy’ats ia berkata, “Pada suatu malam saya mendengar Fudhail tengah membaca surat Muhammad hingga beliau menangis dan mengulang-ulang ayat berbunyi:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (Muhammad: 31)
Beliau berkata, “dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu!” beliau terus mengulang-ulang, “Agar Engkau menyatakan baik buruknya hal ihwal kami!” Jika Engkau nyatakan hal ihwal kami, akan tersingkaplah borok-borok kami. Jika Engkau nyatakan hal ihwal kami, niscaya Engkau akan membinasakan dan mengazab kami,” sedangkan beliau tetap terus menangis.