25 November, 2008

seorang mu`min mencintai saudaranya karena Allah


Dari Abu Hurairah y, dari Nabi a,
"Ada seorang laki-laki yang akan menziarahi saudaranya di suatu kampung lain. Lalu Allah mengutus malaikat untuk mengawasi jalannya, maka ketika mendatanginya, malaikat itu bertanya, 'Mau ke mana kamu?' Laki-laki itu berkata, 'Saya mau menemui saudara saya di kampung ini.' Malaikat bertanya, 'Apakah kamu mendapat suatu nikmat darinya?' Ia berkata, 'Tidak, selain saya mencintainya karena Allah q.' Malaikat berkata, 'Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, bahwasanya Allah telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu karenaNya'."
Sesungguhnya Islam menginginkan kaum Muslimin agar mereka hidup di dunia ini dalam keadaan bahagia, sebelum menda-patkan kebahagiaan mereka di akhirat. Di antara sebab terbesar untuk meraih kebahagiaan di dunia itu adalah kecintaan memim-pin mereka, dan menyebarnya rasa kasih sayang di antara mereka, sehingga semua masyarakat berada pada hati satu orang, sebagai-mana beliau a bersabda,
"Permisalan orang-orang Mukmin dalam kecintaan, kasih sayang, dan kelemah-lembutan di antara mereka, bagaikan satu tubuh yang apabila ada anggota badannya yang merasa sakit, niscaya seluruh tubuh itu ikut terpanggil tidak tidur dan demam."
Karena itu Islam mewajibkan setiap Muslim untuk mencintai semua kaum Muslimin pada umumnya dan menjadikannya sebagai penyempurna agama, sebagaimana sabda Nabi a,
"Demi Dzat yang jiwaku di TanganNya, tidaklah kamu sekalian akan masuk surga sehingga kamu sekalian beriman, dan tidaklah kamu sekalian disebut beriman sehingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan kepada sesuatu, yang apabila kalian menger-jakannya, pasti kalian akan saling mencintai, sebarkanlah salam di antara kalian."
Dari Abu Umamah y, dari Rasulullah a, bahwasanya beliau bersabda,
"Barangsiapa mencintai karena Allah, benci karena Allah, memberi karena Allah, dan menghalangi karena Allah, maka sungguh iman-nya telah sempurna."
Dari Anas, bahwasanya Nabi a bersabda,
"Tidaklah salah seorang dari kalian itu beriman (dengan sempurna) sehingga dia mencintai kebaikan untuk saudaranya sebagaimana yang ia cintai untuk kebaikan dirinya."
Islam telah mensyariatkan bagi kaum Muslimin suatu syariat yang mana jika mereka mengerjakannya, pasti mereka akan saling mencintai. Maka Islam memerintahkan kaum Muslimin agar menegakkan shalat dan berkumpul untuk menegakkannya baik dalam shalat lima waktu, shalat Jum'at, maupun shalat dalam dua hari raya, dan mewajibkan agar shalat-shalat itu dilaksanakan di masjid-masjid kampung supaya setiap penghuni kampung itu dapat berkumpul di masjid mereka sebanyak lima kali setiap hari, mereka saling berkenalan di antara mereka. Orang yang terpelajar di antara mereka mengajarkan orang yang tidak terpelajar di antara mereka. Mereka merasa kehilangan ketika ada yang tidak hadir, sehingga mereka menjenguk orang sakit dan membantu orang yang memerlukan bantuan dan mendoakan keselamatan bagi orang yang tidak hadir. Mereka bisa bermusyawarah di dalam permasalahan penting bagi mereka baik dari urusan-urusan agama maupun urusan-urusan dunia. Mereka saling tolong-menolong dalam memecahkan kesulitan-kesulitan mereka, dan tidaklah diragukan lagi bahwa perilaku-perilaku ini akan membangkitkan ruh kasih sayang dan lemah lembut di antara kaum Muslimin, dan (mendorong) salam tersebar di antara mereka. Sungguh telah sampai perintah dari Nabi a tentang sebab-sebab bangkitnya ruh kasih sayang di antara kaum Muslimin, yaitu beliau memerintahkan agar menyamakan shaf di dalam shalat sehingga menjadi seperti shaf-shaf para malaikat, dan memberitahukan kepada mereka bahwa Allah c akan mewujudkan (atas penyamaan shaf-shaf itu) bangkitnya ruh kasih sayang dan kecintaan, sebagaimana karena tidak ratanya shaf akan menja-dikan perselisihan dalam hati mereka.
Dari Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah a bersabda,
"Tegakkanlah barisan-barisan itu dan ratakanlah di antara pundak-pundak kalian, dan tutuplah celah-celah kosong, dan lunakkanlah (tangan kalian) terhadap tangan-tangan saudara-saudara kalian. Dan jangan biarkan tempat-tempat terbuka untuk setan. Barang-siapa yang menyambung shaf, niscaya Allah menghubungkannya (dengan rahmat), dan barangsiapa memutuskan shaf, niscaya Allah memutuskannya (dari rahmat)."
Dari an-Nu'man bin Basyir berkata,
"Saya pernah mendengar Rasulullah a bersabda, 'Sungguh (hen-daklah) kalian meratakan barisan-barisan kalian atau (jika tidak), sungguh Allah akan menjadikan perselisihan di antara wajah-wajah kalian."
Maka hal itu menunjukkan wajibnya meluruskan barisan, sebagaimana pula menunjukkan atas besarnya buah konsisten dengan perkara ini, yaitu bahwasanya hal itu akan menghasilkan bersatunya akal fikiran dan bertemunya ruh-ruh dan kelembutan karena berkumpul berdasarkan ketaatan kepada Allah.
Begitu pula Islam memotivasi untuk bersedekah dan mengan-jurkannya, karena di dalamnya terdapat kepedulian terhadap orang-orang fakir dan untuk menghilangkan rasa iri mereka atas orang-orang kaya dan membangkitkan ruh kecintaan dan kasih sayang di antara hati orang-orang fakir dan hati orang-orang kaya setelah bersikap lemah lembutnya orang-orang kaya terhadap orang-orang fakir. Allah c berfirman,
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk me-reka." (At-Taubah: 103).
Maksudnya adalah membersihkan mereka dari sifat kikir dan bakhil dan menyucikan mereka dari rasa sombong dan membanggakan diri terhadap orang-orang fakir, serta membangkitkan ruh kasih sayang dan keharmonisan di antara orang-orang fakir dan orang-orang kaya.
Sebagaimana juga Islam memotivasi untuk memberikan hadiah, dan menerimanya, memberikan makan, serta mendatangi undangan, karena yang demikian itu akan memperkuat hubungan dan mewujudkan kedamaian,
"Maka Rasulullah a senantiasa menerima hadiah dan membalas-nya."
Dari Abu Hurairah y, dari Nabi a,
"Kalaulah aku diundang untuk (makan) lengan atau betis hewan, sungguh aku akan menhadirinya, dan kalaulah dihadiahkan kepa-daku lengan atau betis hewan, sungguh aku akan menerimanya."
Dari Ibnu Umar, dia berkata, Rasulullah a bersabda,
"Apabila salah seorang dari kalian diundang ke suatu pesta walimah, maka hendaklah ia mendatanginya."
Sebagaimana juga Islam memotivasi untuk saling memberi hadiah walaupun sedikit, sebagaimana sabda beliau a,
"Wahai wanita-wanita Muslimah, janganlah seorang tetangga me-remehkan pemberian tetangganya yang lain walaupun hanya ujung kaki kambing."
Dari Abu Dzar, dia berkata, bahwa Rasulullah a bersabda,
"Wahai Abu Dzar, apabila kamu memasak sayur maka perbanyak-lah kuahnya, dan bagilah kepada tetangga-tetanggamu."
Di antara dalil yang memotivasi hal tersebut adalah sabda Rasulullah a,
"Saling memberi hadiahlah kamu sekalian, pasti kalian saling mencintai."
Sebagaimana diriwayatkan, betapa suka Nabi a kepada kecintaan dan keharmonisan di antara kaum Muslimin, bahwasanya beliau senantiasa menganjurkan mereka agar saling menziarahi dan terus memotivasi terhadapnya.
Dari Abu Hurairah y, bahwasanya Rasulullah a bersabda,
"Barangsiapa menengok orang sakit, niscaya ada penyeru yang me-nyeru dari langit, 'Kamu itu baik, dan baik juga perjalananmu, dan kamu telah mempersiapkan surga sebagai tempat singgahmu'."
Dari Ali bin Abi Thalib y, ia berkata,
"Saya (pernah) mendengar Rasulullah a bersabda, 'Tidaklah se-orang laki-laki menjenguk orang sakit pada waktu sore, kecuali akan keluar bersamanya tujuh puluh ribu malaikat, mereka memohonkan ampun baginya sampai pagi, dan dia mendapatkan taman di surga. Barangsiapa menjenguknya pada waktu pagi, maka keluar bersama-nya tujuh puluh ribu malaikat memohonkan ampun baginya sampai sore hari, dan dia mendapatkan taman di surga."
Dari Mu'adz, dari Rasulullah a, dari Allah r, Dia berfirman,
"KecintaanKu itu wajib tercurah bagi orang-orang yang saling men-cintai karena Aku, saling duduk, serta saling mengerahkan kesung-guhannya karena Aku."
Kalaulah kita terus mencermati syariat Islam yang telah disyariatkan untuk menyebarkan ruh kecintaan di antara kaum Muslimin, sungguh kita tidak akan mampu mengikutinya karena semua syariat telah disyariatkan untuk tujuan itu, dan segala apa saja yang dilarangnya, maka ia dilarang karena sifat rakus terhadap kecintaan dan kasih sayang, serta memutus apa saja yang mengakibatkan permusuhan dan kemarahan.
Dari Anas y, dia berkata, bahwasanya Rasulullah a bersabda,
"Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah c, kecuali orang yang lebih utama dari keduanya itu adalah yang paling besar kecintaannya terhadap saudaranya."
Dan di antaranya juga adalah bahwa cinta karena Allah itu adalah ciri kesempurnaan iman, sebagaimana penjelasan yang telah lalu.
Di antara yang lainnya juga adalah bahwa cinta karena Allah itu merupakan sebab yang paling besar untuk memasukkannya ke dalam surga, sebagaimana Allah c berfirman,
"Teman-teman akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. Hai hamba-hambaKu, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, dan mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan istri-istri kamu digembira-kan'." (Az-Zukhruf: 67-70).
Di antaranya juga adalah bahwa cinta karena Allah itu akan menjaga pelakunya dari suasana panas pada Hari Kiamat. Dari Abu Hurairah, dia berkata, bahwasanya Rasulullah a bersabda,
"Sesungguhnya Allah berfirman pada Hari Kiamat, 'Mana orang-orang yang saling mencintai karena kebesaranKu, pada hari ini akan Aku naungi mereka di dalam naunganKu, pada hari di mana tidak ada naungan pun, kecuali naunganKu?'"
Di antaranya juga bahwasanya cinta karena Allah itu akan mewujudkan keridhaan dan kegembiraan bagi mereka pada hari ketakutan yang sangat besar.
Dari Umar bin al-Khaththab, dia berkata, Nabi a bersabda,
"Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah itu benar-benar ada beberapa orang, yang mana mereka itu bukanlah para nabi, bukan juga orang-orang yang mati syahid. Para nabi dan orang-orang yang mati syahid berangan-angan (seperti) mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah c. Mereka berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau akan memberitahukan kepada kami siapa mereka itu?' Be-liau bersabda, 'Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah tanpa ada hubungan keluarga di antara mereka, tidak juga karena harta-harta yang mana mereka saling memberikannya. Maka demi Allah, sesungguhnya wajah-wajah mereka itu benar-benar bercahaya, dan sungguh mereka itu di atas cahaya. Mereka tidak merasa takut apabila orang-orang pada ketakutan, dan mereka tidak bersedih apabila orang-orang bersedih,' dan beliau membaca-kan ayat ini, 'Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus: 62)'."
Di antaranya juga adalah bahwa orang yang mencintai karena Allah, maka ia akan merasakan manisnya iman, sebagaimana dije-laskan dalam sebuah hadits dari Anas, dari Rasulullah a, beliau bersabda,
"Ada tiga perkara, siapa saja yang semuanya itu ada pada dirinya, niscaya dia akan mendapatkan manisnya iman. Yaitu barangsiapa yang mana Allah dan RasulNya lebih ia cintai daripada selain ke-duaNya; seseorang yang mencintai orang lain, dia tidak mencintai-nya kecuali karena Allah; dan orang yang tidak suka untuk kembali ke dalam kekufuran setelah Allah menyelamatkannya darinya seba-gaimana dia tidak suka kalau dia dicampakkan ke dalam neraka."
Di antaranya juga adalah bahwa orang-orang yang saling men-cintai karena Allah itu sebagian mereka akan memberikan syafa'at kepada sebagian yang lain pada Hari Kiamat, sebagaimana Allah c berfirman,
"Yaitu hari yang mana seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikit pun, dan mereka tidak akan mendapat per-tolongan, kecuali orang yang diberi rahmat oleh Allah." (Ad-Du-khan: 41-42).
Maksudnya adalah sebagian mereka itu akan tercukupi oleh sebagian yang lain, dan sebagian mereka akan memberi manfaat kepada sebagian yang lain.