09 November, 2008

akhlak salafus sholeh Ahlul Sunnah wal Jama’ah



Allah swt di dalam al-Qur’ânul-karîm menyebutkan banyak sekali sejarah atau kisah-kisah ummat-ummat terdahulu dan para rasul beserta para pengikutnya, agar kita yang membacanya mendapatkan ibroh dan pelajaran berharga darinya, sebagaimana Allah swt firmankan:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأُوْلِي اْلأَلْبَابِ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. Yusuf: 111)
Sejarah Nabi kita, nabi Muhammad, saw dan para shahabatnya pun bila dibaca dan dihayati dengan seksama sangat sarat dengan ibroh dan pelajaran yang patut kita teladani. Bahkan di antara para shahabat Nabi saw itupun ada sosok-sosok manusia yang istemewa karena iman, taqwa, ibadah, pengorbanan, jihad, infaq fisabilillah, zuhud dan amal-amal kebajikan lainnya yang mereka kerjakan, sehingga di antara mereka ada yang telah mendapat khabar gembira dari Nabi Muhammad saw, yaitu busyro bil-jannah atau “kepastian menjadi ahli surga” maari kita kaji satu persatu akhlaq mereka:
• Ikhlas di dalam berilmu dan beramal. takut terhadap masuknya riya’ pada keduanya. Firman Allah :
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
ketahuilah hanya untuk Allah agama yang murni. (QS. Az-Zumar 3).
• Mengagungkan batasan-batasan Allah dan merasa cemburu apabila batasan-batasan Allah dilanggar. Menolong agama Allah dan syariatNya, banyak mengagungkan kehormatan kaum muslimin serta cinta apabila kaum muslimin memperoleh kebaikan . Firman Allah :
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ(32)
barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS. Al-Hajj 32).
• Berusaha meninggalkan sifat nifak, dengan menyamakan antara lahir dan batin di dalam kebaikan, memandang bahwa amalan mereka masih sangat sedikit, dan selalu mendahulukan amalan akhirat di atas amalan dunia.
• Kelembutan hati, banyak menangis atas kekurangan dalam menunaikan hak-hak Allah ,mereka lakukan hal ini dengan harapan agar Allah menyayangi mereka. Banyak mengambil pelajaran dan menangis. Perhatian dengan perkara kematian apabila menyaksikan jenazah, atau mengingat kematian, sekaratnya dan su’ul khatimah sehingga bergoncang dada mereka.
• Bertambah tawadhu’ ketika bertambah dekat kepada Allah ta’ala
• Banyak bertaubat, memohon ampun siang dan malam karena mengetahui bahwa mereka tak selamat dari dosa sampai di dalam amalan ketaatan mereka. mereka memohon ampun atas kekurangan di dalam ketaatan,kekhusukan dan kedekatan kepada Allah. Tiadanya rasa ujub /bangga dengan sesuatu dari amal-amal mereka , benci dengan ketenaran, bahkan selalu melihat kekurangan dan kelemahan di dalam ketaatan terlebih di dalam kejelekan mereka
• sangat menekankan terhadap permasalahan taqwa dan tiada mendakwakan diri sebagai orang yang bertaqwa, dan banyaknya ketakukan mereka terhadap Allah azza wa jalla
• ketakutan yang sangat terhadap Allah, kalau akhir kehidupan mereka ditutup dengan su’ul khatimah. mereka tidak lalai dari dzikrullah. Merasakan kehinaan dunia di sisi mereka, kuatnya penolakan mereka terhadap dunia dan tidak membangun (kediaman)dunia kecuali sesuai kebutuhan tanpa menghias-hiasinya. Sabda Rasulullah sholAllahu alaihi wasalam “ demi Allah tidaklah dunia ini dibandingkan akhirat kecuali seperti seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke laut maka lihatlah apa yang menetes (Hr Muslim)
• Tidak ridha dengan kesalahan yang ditujukan kepada agama atau kepada orang yang mengamalkannya, bahkan membantahnya dan memberi udzur kepada orang yang berkata tentangnya. Banyak menutupi kekurangan kaum muslimin, kuatnya munaqosah(berdialog) terhadap pribadi mereka sebagai bukti wara’, tidak suka membuka aib seseorang, sibuk dengan kekurangan diri daripada aib orang lain, bersungguh-sungguh menutupi kekurangan orang lain, menutupi yang tersembunyi tidak melebihkan seseorang dari yang ia dengar pada haknya, meninggalkan permusuhan terhadap manusia dan banyak bersahabat dengan mereka. Tidak menanggapi seseorang dengan kejelekan dan tidak memusuhi seorang pun. Sabda nabi sholAllahu alaihi wasalam “ tidak akan masuk surga tukang fitnah/adu doma pada riwayat muslim nammam/ tukang adu domba
• menutup pintu ghibah pada majelis mereka , menjaga lidah dari ghibah agar tidak menjadi majelis dosa. Firman Allah
وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ (12)
“ Janganlah seorang menghibahi yang lain, sukakah seorang diantara kalian memakan bangkai saudaranyan tentu dia akan benci (QS Al Hujurat 12)
• Penuh dengan rasa malu, adab, kecintaan, ketenangan, sedikit bicara, sedikit tertawa, banyak diam, berbicara dengan hikmah tidak merasa gembira dengan dunia. Yang demikian ini dikarenakan sempurnanya akal mereka. Sabda rasulullah sholAllahu alaihi wasalam “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berkata yang baik atau diam. dan bersabda barangsiapa diam maka beruntung/ menang (HR Tirmizi)
• Banyak memaafkan terhadap setiap orang yang mengganggu, mengambil harta, kehormatan mereka atau yang semisalnya firman Allah
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنْ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(134)
“ Dan orang-orang yang menahan kemarahan, dan memaafkan manusia dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan (QS Ali Imran 134)
• Tidak lalai dengan serangan iblis, bersungguh-sunguh mengetahui tipu daya dan jebakan-jebakannya, tidak merasa was-was di dalam wudlu, sholat dan ibadah yang lain karena yang demikian adalah tipu daya syaithan
• Banyak bersedekah dengan apa-apa yang lebih dari kebutuhan mereka siang dan malam, sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Banyak bertanya tentang keadaan sahabatnya , yang demikian karena sederhananya mereka dalam kebutuhan makan, pakaian dan mereka tidak berlebihan dalam hal-hal yang halal
• Mencela kekikiran; Bersikap dermawan, memberikan harta , berkasihsayang dengan saudara mereka dalam safar dan mukim sebagai pengokoh dalam menolong dien dan inilah maksud utama mereka. Kuatnya kecintaan untuk berbuat makruf kepada saudaranya dan memberikan kebahagiaan satu dengan yang lain, mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri
• Memuliakan tamu dan melayaninya kecuali dengan uzur syar’I. kemudian mereka tidak memandang bahwa mereka telah mencukupi dan melayani tamu tersebut di saat tinggal bersama mereka, dan mereka berhusnudhon dengan tamu. Menerima undangan saudaranya kecuali bila makanannya haram atau bila dikhususkan pada orang kaya atau pada tempat walimah ada hal yang diharamkan
• Beradab dengan kebaikan terhadap yang lebih muda terlebih kepada yang lebih tua, terhadap orang yang jauh terlebih kepada yang dekat, kepada yang bodoh terlebih kepada yang alim
• Mendamaikan sesama sebagai sebuah pintu kebaikan yang nyata, menegakkan yang ma’ruf, karena perdamaian merupakan pembatal langkah syaitan yang menghendaki timbulnya permusuhan, kebencian di kalangan muslimin, dan kerusakan diantara mereka
• Melarang dari dengki, karena kedengkian mewariskan permusuhan dan kebencian, kelemahan iman dan kecintaan terhadap dunia tanpa tujuan syar’I
• Memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan berbuat kebaikan kepada keduanya firman Allah
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا (8)
” Dan kami wasiatkan manusia untuk berbuat kebaikan kepada kedua orang tua (QS Al Ankabut 8)
• memerintahkan berbuat baik kepada tetangga, lembut kepada para hamba, menyambung silatur rahim, menebarkan salam, menyayangi fakir miskin, yatim dan ibnu sabil
• melarang berbangga diri, sombong, ujub, melampaui batas dan memerintahkan berbuat adil pada setiap sesuatu
• Tidak meremehkan sesuatu pun dari keutamaan yang dianjurkan syara’ . sabda rasulullah sholAllahu alaihi wasalam “Janganlah kalian meremehkan suatu kebaikan pun walaupun hanya bertemu dengan saudara kalian dengan wajah yang ceria ( HR Muslim)
• Melarang dari buruk sangka, memata-matai, mencari kekurangan muslimin karena yang demikian merusak hubungan persatuan, memisahkan persaudaraan dan menumbuhkan kerusakan. Mereka tidak marah pada muslimin karena mereka mengilmui fiqih kemarahan firman Allah “ dan orang yang menahan marahnya, memaafkan manusia dan Allah mencintai orang yang berbuat ihsan
• ….. dan yang selainnya dari akhlaq-akhlaq nubuwah •